SUCI BUKAN BENTUK
==============
Bukan KITAB SUCI, bukan suara suci, bukan wewarah suci, bukan tuntunan suci, bukan lambang suci atau apa saja yang dikumandangkan suci.
Maka bagi siapa saja yang usaha mencari suci berpangkal pada bunyi-bunyian suci, kitab suci, petunjuk suci atau lambang suci sebenarnya keliru, bahkan bisa salah jalan/kesasar.
Karena SUCI tidak ada hubunganya dengan bentuk, bentuk tidak ada hubunganya dengan suara, bentuk bukan suara, Tiap bentuk punya laku/jalan dan tempat sendiri, punya tempat masing masing.
Umpamanya, mau mencari putih jika diawali dengan bentuk. Mana sih yang dinamakan putih ? Apa sih putih itu ? kapur itu warnanya putih, Mega yang menggantung di atas juga putih, riak air dipantai juga putih, bulu burung kuntul juga putih. Semakin dikejar semakin membingungkan .
Sampai jambul beruban mencari SUCI tidak akan ditemukan jika hanya mencari dari luar saja. Sebab yang ada diluar sudah menjadi gelar yang tergelar ada. Apa yang tergelar ada itu adalah gelarnya angan angan., Siapa saja yang hanya mengikuti angan angan akan kesasar, sebab angan angan itu selalu berubah dan tidak nyata (owah gingsir)
Jika demikian, SUCI itu bukan angan-angan, tidak pernah berubah, Jadi SUCI itu nyata, SUCI itu langgeng (abadi), Langgeng (abadi) itulah HIDUP, KUWASANYA GERAK, LUNGGUH pada RASA yang dirasakan sekujur badan.
Keberadaan SUCI tidak bisa dibicarakan, tidak bisa dtularkan, tak bisa diajarkan, tak bisa digambarkan, Siapa yang bisa ngomongin RASA, siapa yang bisa menggambarkan RASA. Orang sejagad pun raya tak ada bisa. Kecuali rasa itu sendiri yang bisa merasakan RASA.
Hanya dengan bekal pengertian atau pengakuan saja, siapa yang menganggap setelah membaca, mendengar, merasakan tulisan ini, dan kemudian mengatakan sudah ketemu RASA / SUCI, maka dia sudah keliru dan sangat keliru. Sebab tulisan, pendengaran, suara, wewarah, lambang, petunjuk, semuanya bukan HIDUP, bukan RASA, bukan SUCI
Bunyi, petuah, petunjuk, tulisan, lambang, pendengaran – kesemuanya Cuma bisa menggerakan persaaan, yaitu perubahan pengertian di angan-angan dan perjalan budi pekerti. Sebaliknya RASA itu harus dirasakan benar. Sebab HDUP itu kuwasanya GERAK, yang lungguh di RASA.
Jadi bagaimana bisa merasakanya ?, Ya harus dilungguhi benar. Bagaimana bisa lungguh dan dilungguhi ? Ya harus ketemu dan dilungguhi HIDUP. Lalu bagaimana bisa ketemu sang HIDUP ?
Ya tidak mungkin manusia mencari HIDUP, kalau bukan HIDUP itu sendiri yang MENGHENDAKI. Sebab HIDUP itu sangat dekat tetapi tidak bersenggolan, ADA tapi TAK ADA. Bersinggasana ditengah inti nya (telenging) RASA. karena tempatnya RASA saja sulit ditemukan, maka kesemuanya berhenti menjadi suatu ajaran, petunjuk suci, yang menjadi idaman suci para leluhur kita.
Tapi sangat tidak mungkin jika ada suatu ucapan yang tidak bisa diucapkan kenyataanya. Ada BUNYI harus ada BENTUK (meski bukan wujud). Ada bayangan (maya), pasti ada sejatinya. Karena ucapan atau BUNYI WEJANGAN itu ada datangnya dari tergelarnya RASA yang dirasakan. Sebab yang berucap, yang membunyikan adalah manusia hidup (bisa merasa) yang sudah bisa bicara. Maka ucapan dan bunyi berasal dari hidup, disebut rasanya hidup, sebab HIDUP lungguh pada rasa.